Selasa, 25 Januari 2011

CERPEN 196 Jam Untuk Selamanya
Dimalam minggu yang suram seorang pemuda bertubuh gempal duduk merenung di kursi tua yang berada di depan rumahnya. Hanya secangkir teh yang menemaninya untuk menepis keheningan malam. “Gas.. Bagas.” Teriak Senna teman baiknya dari bangku SMP. Rumah Senna hanya berjarak 15 meter di depan rumah Bagas.“Apa kamu teriak malam-malam gini ?. Emangnya aku maling apa?” Bagas menatap senna dengan kesal.“Ikut aku gak ? Di café Rexy ada festival band.”“Gak ah, dari pada kesana gak ada tujuan mending aku di sini, ngebayangin kalau seandainya aku dan Tia masih bersama pasti indah.” Jawab pemuda yang baru duduk di bangku kelas 3 SMA ini.“Bagas, aku bisa carikan kamu kekasih yang lebih cantik dari cewek brengsek itu.”“Terimakasih kawan, gak perlu. Siapapun cewek yang suka ama aku pasti aku tolak, walaupun cewek itu 10 kali lebih cantik dari Tia. Aku tidak akan menjalin hubungan bersama cewek manapun selain bersama  Tia. Aku mohon kamu mengerti .” mata Bagas berlinang menahan tangis.“Ya sudah terserah kamu kawan, aku hanya bisa do’ain semoga Tia bisa kembali lagi kepelukanmu.” Senna memacu motornya meninggalkan Bagas. Tia adalah seorang wanita yang pernah menjalin hubungan bersama Bagas. Walaupun hubungan mereka hanya 196 jam atau lebih jelasnya 8 hari, tapi Tia itu segalanya. Tak ada yang bisa menggantikan Tia. Sudah 15 menit bagas menangis. Kering sudah air mata yang membasahi pipinya. Kini ia hanyak duduk diam di kursi tua tersebut. Belum lama bagas melamun tiba-tiba bunyi klakson sepeda motor mengagetkannya.“Bagas.” Tia melambaikan tangan ke arahnya.Bagas hanya bisa tersenyum membalas sapaan dari mantan kekasihnya tersebut. Tanpa ia sadari ia hempaskan cangkir teh ke tanah setelah melihat Tia memeluk kasihnya dengan mesra. Bagas bagaikan orang yang tersambar petir. Bagas kembali menangis sembari berjalan berjalan menuju kamarnya. Ia menyalakan music dengan nyaringnya. Ia berbairng di kasur kapuk sambil menangis terisak-isak. Tak ada satu orangpun yang dapat mendengar tangisan Bagas dikarenakan music yang ia nyalakan mengalahkan suara tangisannya.“Tak ada gunanya lagi aku hidup. Dia telah bahagia bersama orang lain. Lebih baik aku mati, mungkin jika aku mati akan membuatnya sadar betapa aku mencintainya.” Bagas berbicara di dalam hati.Bagas berdiri mengambil botol parfum miliknya, ia pukulkan botol itu ke meja rias yang ada di kamarnya. Pecahan botol tersebut ia goreskan ke pergelangan tangan kirinya. Tubuh bagas melemah, ia terbaring tak sadarkan diri di kamarnya. Tak ada satu orangpun yang tau bahwa bagas melakukan percobaan bunuh diri. 5 menit kemudian Senna memarkirkan sepeda motornya di halaman depan rumah Bagas. Sena tak ingin menbuang waktu. Senna berlari menuju kamar Bagas, ia ingin memberitahukan kabar gembira kepada Bagas bahwa sewaktu di café tadi ia menemukan Tia yang sedang bertengkar dengan kekasihnya dan cukup jelas ia mendengar bahwa Tia mengucapkan kata putus pada kekasihnya. “Gas… Gas.” Senna berteriak sembari mengetuk pintu kamar Bagas. “Gas cepet buka, aku ada kabar gembira untuk kamu.” Lanjut Senna.Tapi tidak ada satu patah katapun jawaban dari Bagas. Senna penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh bagas sampai-sampai tidak menjawab teriakkanya. Ia mengambil kursi yang berada tidak jauh darinya, ia naiki kursi itu untuk menggapai ventilasi guna mengintip Bagas. Betapa terkejutnya Senna setelah melihat Bagas terkapar di kasur dengan pergelangan tangan kirinya dilumuri oleh darah. Sena turun dari kursi kemudian ia mendobrak pintu kamar Bagas. Senna segera menelpon ambulance. 5 menit kemudian ambulance berlabuh di halaman rumah Bagas. Ia gotong Bagas ke ambulance sambil menangis karena melihat teman baiknya dalam keadaan kritis. Bagas dilarikan ke rumah sakit BUMI PERTIWI. “Dok, bagaimana keadaan teman saya ?” Senna menghapus air mata yang membasahi pipinya.“Dia masih beruntung, urat nadinya tidak sampai putus dan ia masih bisa diselamatkan, tapi kemungkinan dia akan koma dalam waktu yang lama.” Dokter berusaha menenangkan Senna. Setelah keadaan mulai tenang Senna mengambil HP di saku sebelah kirinya. Ia ketik beberapa patah kata yang ditujukan untuk Tia. Senna ingin Tia secepatnya pergi ke Rumah Sakit. Tidak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Tia melangkahkan kaki ke tempat bagas tak sadarkan diri. Tia menangis melihat keadaan Bagas.“ Mengapa kamu melakukan semua ini Gas? Maafkan aku, ini semua salahku. Seandainya saja aku tidak meniggalkanmu demi cow brengsek itu, ini semua tak akan terjadi.” Tia memeluk bagas dengan erat.“Sudahlah, Tak ada gunanya kamu menangis. Semoga saja kamu sadar bahwa kamu pernah meninggalkan lelaki yang sebenarnya lelaki itu sangat mencintaimu.” Senna mencoba membuat suasana menjadi tenang.“Ia Senna. Aku sadar sekarang.” Tia menghentikan tangisannya.“Syukurlah kalau kamu sadar. Kamu pulang aja, biar aku yang jagain Senna.”“Ia aku pulang.”Sebelum pulang Tia membisikan sesuatu di telinga Bagas.“Bagas cepat sembuh ya, aku janji setelah kamu sembuh aku akan mencintaimu selamanya. Aku saying kamu, LOVE YOU.” Kata-kata mesra itu mengalir langsung dari bibir Tia. 7 hari sudah Bagas dirawat di Rumah Sakit, tapi ia belum juga sadarkan diri dan keadaannya semakin kritis. Dokter yang menangani bagas menyarankan agar bagas dipindahkan ke Rumah Sakit yang lebih besar di luar kota. Demi keselamatan anak satu-satunya Ayah Bagas menjual tanah warisan dari kakek Bagas. Syukurlah hasil dari menjual tanah lebih dari cukup untuk pengobatan Bagas. Di rumah sakit yang lebih besar keadaan Bagas semakin membaik. Pada hari ke -4 ia dirawat, betapa senangnya ayah Bagas melihat anaknya telah sadarkan diri dari tidur panjangnya.“Yah, di mana aku? Apakah Tia ada di sini? Aku memimpikan dia yah. Aku rindu sama dia.” Suara bagas masih sangat lemah.“Kamu di Rumah Sakit nak, kamu tenang ya.!! Tia pasti juga merindukanmu.” Ucap ayah Bagas sembari tersenyum. Keadaan Bagas semakin membaik. Pada hari ke-6 ia diperbolehkan untuk pulang. Keesokan harinya bagas kembali ke kotanya. Senna sangat gembira mendengar kabar ini. Ia bagaikan orang yang mendapatkan lotre jutaan rupiah. Tanggal 1 April Bagas kembali bersekolah seperti biasa. Pergelangan tangan kiri Bagas masih diselimuti perban. Baru beberapa langkah Bagas berjalan, tiba-tiba ada seorang wanita mengejarnya dan memeluknya dengan erat.“Tia tidak selayaknya kamu memeluk aku. Kamu terlalu indah untuk aku. Seandainya saja dulu kamu tidak pernah mengucapkan kata putus untuk aku, mungkin hari ini aku akan bahagia. Karena hari ini tepat 6 bulan hari kebersamaan kita. Tapi kamu hancurkan semuannya. Aku sudah cukup sakit olehmu.”Bagas tak bisa lagi menahan tangis.“Maafkan aku Bagas, aku menyesali semua ini. Aku mohon kamu member kesempatan lagi untuk aku. Aku sayang kamu.” Air mata Tia mengalir dengan derasnya.“Tentu Tia. Sesungguhnya aku tak akan bisa menjalin hubungan selain bersamamu. Tapi aku ingin kamu mencintaiku selamanya bukan 196 jam seperti dulu. Apakah kamu sanggup ?”“Tentu aku sanggup.”Bagas menggenggam erat tangan Tia sembari ia membisikan kata I LOVE YOU di telinga Tia. Pengorbanan Bagas tidak sia-sia. Selama 82 hari ia menunggu Tia kembali dan pada akhirnya mereka bisa bersama lagi menjalin hubungan yang abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar